Author: dr. Anak Agung Dwi Ratih Arningsih M. Biomed., Sp.KJ
Indonesian
English
Indonesian
Menjadi orang tua di era globalisasi saat ini tentu menjadi tantangan tersendiri dengan banyaknya masalah perilaku pada anak dan remaja yang dijumpai. Permasalahan yang cukup kompleks yang ditemui pada anak seperti, meningkatnya bullying baik disekolah maupun online, kehamilan pada remaja, terjadinya bunuh diri, penggunaan narkoba dan juga adanya agresifitas pada anak dan remaja.
Perkembangan anak yang kuat secara fisik dan diikuti dengan kecerdasan intelektualnya tentu menjadi suatu kebanggaan bagi orang tua. Tuntutan pendidikan yang semakin tinggi membuat para orang tua untuk menstimulasi kecerdasan intelektual anak luar biasa.
Namun, apakah kecerdasan intelektual cukup?
Kecerdasan intelektual dengan tingkat pendidikan yang baik sebaiknya juga diimbangi dengan kecerdasan emosional untuk mendukung perkembangan anak-anak sebagai generasi penerus yang lebih utuh jiwa dan raganya. Menerapkan kecerdasan emosi kepada anak-anak tidak hanya dalam sistem pendidikan, namun hal ini menjadi hal yang utama dalam hal komunikasi parenting orang tua.
Semakin kecil usia anak, semakin sulit untuk mereka bisa mengekspresikan perasaannya yang sangat menganggu seperti perasan kecewa, marah, stres, kesal dan sebagainya, hal ini karena otaknya belum berkembang dengan optimal dan juga keterbatasan kata-kata dalam berkomunikasi. Hal penting sebagai orang tua untuk mampu mengubah persepsi bahwa emosi itu sesuatu yang positif bukan sesuatu yang negatif harus dihindari, tentu saja hal ini membutuhkan usaha dari orang tua untuk mampu menerima emosi negatif, mampu mengelolanya dan membangun kemampuan untuk bisa membaca setiap pesan yang ingin disampaikan oleh emosi negatif, sehingga mampu berpikir dan bertindak positif untuk diri dan lingkungannya.
Di era globalisasi sekarang, kesibukkan orang tua untuk mampu memenuhi kebutuhan pokok membuat orang tua lelah sehingga banyak yang menyelesaikan perilaku negatif dengan cara singkat seperti kekerasan, amarah dan lain-lain. Kebanyakan dari orang tua tidak memahami kecerdasan emosional ini sehingga mereka sering melarang anak untuk bisa merasakan, mengekspresikan emosi negatifnya. Kebutuhan semua orang, baik itu orang dewasa atau anak-anak sama, yaitu ingin merasakan untuk diterima dan diakui keberadaannya dalam keluarga dan tentunya diberikan kepercàyaan.
Dalam Emotional Intelligence Parenting, ketika orang tua menghadapi anak yang sedang mengalami emosi negatif, ada beberapa tips yang bisa dilakukan
1. Pahami atau validasi perasaan atau emosi negatif anak, misalnya dengan mengatakan, “bunda mengerti perasaan kamu yang sedang (kesal, marah, sedih, kecewa) dan bunda ingin membantumu agar kamu merasa nyaman.” Penelitian membuktikan bahwa dengan memahami perasaan anak, sudah membantunya untuk merasa didengarkan.
2. Hindari untuk memperbaiki perasaan anak, misalnya “bunda tidak suka melihat wajahmu yang cemberut seperti itu terlihat jelek atau “wah anak laki-laki kok menangis, kamu harus berani dong.” Sikap orang tua yang seperti ini hanya akan memblocking kecerdasan emosionalnya. Menangis merupakan salah satu bagian dari komunikasi, mengekspresikan perasaan yang tidak menyenangkan sehingga anak mampu merasa nyaman.
3. Pastikan keadaan di sekitar anak dalam keadaan aman dan jauhkan dari hal yang membahayakan.
4. Berikan batasan,misalnya dengan tegas sampaikan bahwa “bunda mengerti kamu merasa marah, namun yang penting adalah kamu harus menjaga dirimu dengan baik karena bunda sangat menyayangimu, atau untuk mencegah anak melempar atau merusak barang-barang saat marah dapat mengatakan, “ bunda mengerti kamu sedang marah dan ingin sendiri, namun tolong untuk menjaga barang-barang kamu dalam keadaan baik.”
5. Berikan pilihan dan dukungan ketika anak sudah merasa tenang dan merasa di dengar. Sebagai orang tua kita berperan untuk mengarahkan anak dalam membuat pilihan, dan yang terpenting adalah memberikan dukungan.
Pada dasarnya emosi negatif yang belum ditangani dengan baik akan menyebabkan munculnya perilaku negatif, karena itu emosi negatif harus dihindari. Pengaruh pola asuh orang tua mempunyai dampak besar pada kehidupan anak baik untuk saat ini dan juga masa depannya.
Anak yang tumbuh sehat dan cerdas saja tidak cukup karena penting juga bagaimana mengasuh anak agar tumbuh ceria, merasa nyaman, kuat fisik dan mental, serta cerdas secata emosi dan spiritual. Kecerdasan secara emosi merupakan pendekatan yang sangat baik untuk diterapkan dalam pola asuh kita.
English